Header Ads

Samin versus Semen: Kisah Perjuangan Petani Kendang

"Gulo getih kelopo putihe, balunge getih nyawiji dadi siji niatan suci, merdekake ibu pertiwi."
Puisi itu lantang diteriakkan di depan istana negara, di Jakarta. Seorang perempuan yang cukup tua usianya mendeklamasikannya dalam aksi teaterikal yang berlangsung sejak 26 Juli-2 Agustus itu. Deni Yulianti, nama wanita itu, adalah seorang dari sembilan perempuan asal Pegunungan Kendang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah yang melakukan aksi menolak kehadiran Pabrik Semen di kampung mereka. Aksi ini adalah kelanjutan dari banyak aksi masyarakat Kendang di daerah mereka.


Sembilan perempuan itu datang ke Jakarta setelah perlawanan mereka di kampung halaman mereka tidak mendapat perhatian dari pengambil kebijakan nasional di Jakarta. Mereka rela datang ke Jakarta dan melakukan aksi langsung di depan istana negara. Mereka menilai, kehadiran PT Semen Indonesia di Rembang, khususnya di sekitar pegunungan Kendang, akan memberikan akan memberikan dampak buruk terhadap keasrian, kesuburan dan produktivitas lahan pertanian mereka. Bagi mereka, kehadiran Pabrik Semen di kawasan itu akan menggerus mata pencaharian mereka sebagai petani dan buruh tani.

Dalam aksinya, mereka juga membeberkan sejumlah fakta kekerasan yang dialami warga Kendang selama PT. Semen Indonesia beroperasi di sana. Berbilang intimidasi, kekerasan psikis dan ancaman fisik dialami warga. Mereka melawan semua itu. Mereka teguh dan gigih berjuang mempertahankan lahan mereka dan tidak mengizinkan PT. Semen Indonesia beroperasi di wilayah mereka. Bagi mereka, lahan pertanian mereka jauh lebih penting dari kehadiran lahan pertanian mereka.

Kegigihan perjuangan sembilan perempuan asal Kendang itu mereka tunjukkan di depan kalayak ramai di Jakarta. Berbillang hari selama aksi mereka, mereka menunjukkan sikap perlawanan mereka dengan mengubur kaki mereka dengan semen. Dari pagi hingga malam hari, mereka duduk sambil mengubur kaki mereka dan berorasi di depan istana mereka. Mereka mendesak agar Jokowi langsung menemui mereka dan memberi solusi atas persoalan di kampung halaman mereka.



Setelah berhari-hari melakukan aksi, Presiden Jokowi akhirnya menemui mereka. Jokowi mengundang mereka ke istana negara dan membicarakan persoalan yang tengah mereka suarakan itu. Harapan mereka pun terjawab. Jokowi memutuskan untuk mengkaji ulang dampak lingkungan dan daya tampung Pegunungan Kendeng melalui kajian lingkungan hidup strategis (KLHS). Pelaksanaan KLHS pun akan dikoordinasi oleh Kantor Staf Kepresidenan. Keputusan paling memuaskan adalah bahwa selama peninjauan dan kajian ulang tersebut, Jokowi merekomendasikan agar tidak ada lagi operasi dari pihak perusahaan, sampai proses analisis dampak lingkungan itu selesai.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.