Header Ads

Sang Mahacinta

Pagi ini aku mendapat tugas menjadi lektor dalam misa pagi. Puji Tuhan, tugasku berjalan lancar. Sejak semalam sudah kupersiapkan tugas ini dengan sedikit latihan: membaca bacaan pertama dan mazmur tanggapan, serta memilih nada untuk lagu bait pengantar Injil. Tak lupa sebelum tidur menyetel alarm agar tidak bangun terlambat.

Dulu aku memang rajin misa pagi. Setiap hari. Tapi, aku akui akhir-akhir ini, aku sudah jarang misa pagi. Susah bangun pagi. Dan rasa malas selalu lebih kuat daripada niat untuk misa pagi.

Sebenarnya tulisan ini terinspirasi dari homili Romo tadi pagi. Ada sebuah pelajaran berharga yang aku renungkan setelah mendengar homili Romo pagi ini. Permenungan yang ingin segera aku bagikan kepada seseorang di sana.

Di awal homilinya, Romo mengatakan bahwa ia membayangkan ada sepasang suami istri yang telah membina bahtera rumah tangga selama 25 tahun, lalu 50 tahun, dan bahkan lebih. Dari dua orang yang berbeda sama sekali, melebur menjadi satu dalam sakramen perkawinan, berjanji setia dalam suka dan duka, untung dan malang.

Sang Maha Cinta

Dalam perjalanan rumah tangga mereka, pasti tidak selalu dipenuhi romantisme belaka. Namun juga diterpa masalah, beda pendapat, kekecewaan, bahkan pertengkaran. Mengapa mereka bisa terus bersatu menjadi pasangan suami istri selama itu? (Baca juga: Jangan Salahkan Pagi)

Jawabannya adalah karena cinta yang mereka miliki lebih besar daripada masalah, beda pendapat, kekecewaan, dan pertengkaran yang datang silih berganti. Cinta yang mereka miliki tidak dapat dikalahkan oleh badai rumah tangga dalam bentuk apapun.

Seperti cinta Allah kepada manusia. Biarpun manusia seringkali mengecewakan Allah dengan dosa-dosanya, cinta Allah lebih besar daripada dosa-dosa manusia. Cinta Allah tidak dapat dikalahkan oleh dosa. Biarpun manusia terus melakukan dosa, cinta Allah tidak akan pernah berhenti.

Melalui homili Romo itu, aku menyadari bahwa Allahlah sumber cinta yang dimiliki manusia. Sumber dari segala cinta yang ada di bumi ini adalah Allah sendiri. Allah yang empunya cinta. Sang Mahacinta.

Cinta yang dimiliki sepasang kekasih atau suami-istri adalah cinta yang berasal dari Allah sendiri, anugerah dari Sang Mahacinta. Oleh sebab itu, sepasang kekasih atau suami-istri harus menimba dan menyatukan cinta mereka dalam cinta Allah sendiri, agar cinta antara keduanya selalu dan semakin besar dari hari ke hari, seperti cinta Allah kepada manusia. (Baca: Doa Mohon Keteguhan Pribadi)

Cinta yang besar yang disatukan dan ditimba dari Sang Mahacinta itulah yang dapat membuatnya lebih kuat dibandingkan masalah, kekecewaan, beda pendapat, dan pertengkaran yang datang bertubi-tubi silih berganti.

Bila cinta yang dimiliki tidak ditimba dari dan disatukan dalam cinta dari Sang Mahacinta, maka jangan berharap bahwa cinta itu bisa besar dan kuat. Cinta akan mudah goyah, meranggas, dan akhirnya mati.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.