Header Ads

Blender dan Kakek Penjual Buah



Hari Sabtu lalu, aku mendapatkan doorprize dalam acara Perayaan Natal Yayasan Yohannes Gabriel Subperwakilan Blora. Sebuah blender C*smos. Aku bersyukur mendapatkan salah satu dari 300-an doorprize yang disediakan panitia. Aku bersaing dengan sekitar 800-an hadirin. Lucky me!

Dengan blender yang aku dapatkan dalam acara itu, aku bisa membuat jus kapan pun aku mau. Tak perlu lagi membeli jus di mbak Rara atau penjual jus yg lain. Tinggal membeli buah dan menitipkannya di kulkas mbak Oni. Bersama mbak Oni, blender itu juga bisa kami gunakan untuk membuat berbagai kreasi makanan atau minuman yang kadang kami bicarakan dan angankan.
Telah lima hari berlalu sejak aku mendapatkan blender itu, tapi aku belum membeli buah sama sekali.

Bahkan, blendernya belum aku buka dan keluarkan dari kardusnya. Ia masih bertengger rapi di atas lemari. Ya, blendernya belum aku fungsikan seperti bayanganku, Sabtu itu.

Taukah kalian apa alasannya? Alasannya karena aku belum temukan penjual buahnya. Memang ada beberapa toko buah yang bisa kapan saja aku datangi. Tapi bukan buah mereka yang aku inginkan. Bukan toko buah yang aku cari.

Aku sedang mencari kakek penjual buah keliling. Ia adalah seorang lelaki renta yang menjajakan buah-buahan dengan berjalan sambil membawa pikulan yang berat keliling kota Blora. Langkahnya gontai dimakan usia. Terakhir kali aku menjumpainya sekitar dua bulan yang lalu. Telah dua kali itu aku menjumpai dan menjadi konsumen dagangannya. Telah beberapa kali aku melewati jalanan dan tempat yang biasanya ia lewati.

Sayangnya, ia selalu tak ada di sana. Aku kagum dengan kakek itu. Kagum akan kegigihannya bekerja demi menghidupi diri dan (mungkin) keluarganya. Ia tak peduli berapa umur dan berat bebannya. Aku ingin memiliki semangat dan kegigihan sepertinya.

Apalagi, aku masih muda, masih punya banyak kesempatan, dan kekuatan untuk melakukan banyak hal dan pekerjaan. Aku harusnya bisa lebih semangat dan giat untuk bekerja dan mengembangkan kemampuan.
Semoga dalam beberapa waktu ke depan, aku beruntung dan menjumpai kakek penjual buah itu lagi. Semoga dalam beberapa hari ke depan, blenderku tidak lagi bertengger di atas lemari. Semoga blenderku bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.